In

Potret Sosial Bangsa Kita

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat

Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan...

Namun apa jadinya jika perubahan itu bukan menjadi lebih baik??

Kampung kumuh Kebalen:
suasana perkampungan kumuh di pasar Kebalen, Malang. jarak yang begitu dekat antara rumah dengan rel kereta dapat membahayakan jiwa warga yang melintas.









Kakak-beradik:

potret pengemis kakak-beradik Lina dan Alila yang berada di trafficlight Jl. Veteran Malang. Tidak ada hak untuk mendapat pendidikan yang layak untuk mereka.









Mengaji:
Mufida, (9) sedang belajar membaca Al-Qur'an di Madrasah Diniyah Al-Furqon Tegal Gondo, Malang.













Menggoreng kerupuk:

Siswanto, (23) sedang menggoreng kerupuk di sebelah lintasan rel kereta kawasan Kebalen Malang. Ia menjual kerupuk sebagai mata pencaharian.






Hasil tangkapan:
Nelayan di pantai Prigi kabupaten Trenggalek sedang membongkar hasil tangkapannya selama beberapa malam. ikan yang diusung ini berjenis tongkol




Aku Punk:
Anak punk yang naik gerbong kereta jurusan Blitar-Malang.











Garis hidupku:
pengemis anak yang tertidur di jembatan penyeberangan Blimbing, Malang.








Potret diatas hanya sebagian kecil dari rangkaian cerita bangsa ini. Mereka adalah nyawa-nyawa yang seharusnya mendapatkan hak mereka sebagai bangsa yang Merdeka dan dihargai/(ellen).

Read More

Share Tweet Pin It +1

3 Comments

In

Ramainya Malam di Pasar Minggu Yosowilangun


Naskah dan Foto : Ellen M. Yasak

Sekilas tidak ada yang istimewa dengan kerumunan orang-orang pada malam hari di pasar kecamatan Yosowilangun Lumajang ini. Pasalnya, pasar ini ramai di pagi sampai siang hari. Namun jika waktu telah berganti malam, suasana menjadi sebaliknya. Hanya pada hari Sabtu dan Senin, suasana malamnya menjadi ramai. Dimulai pukul 5 sore sampai habisnya pengunjung sekitar jam 9 malam. Pada hari-hari tersebut banyak orang melakukan aktifitas jual beli burung dara.

Orang-orang setempat menamakannya Pasar Minggu atau Pasar Doro (Pasar burung Dara). Yang unik dari pasar ini selain buka pada malam hari, adalah penjual juga membeli burung-burung yang dibawa pengunjung. Saat tiba disana pukul 18.30 WIB suasana sudah ramai. Riuh pembeli yang menawar serta suara khas burung dara menyambut. Suasana pasar yang gelap dan hanya diterangi beberapa pasang lampu neon dan lampu minyak menambah menarik suasana pasar ini. Saya bertemu orang yang biasa disapa abah (bapak) oleh orang-orang sekitar, namun nama aslinya Syafa’. Ia penjual dara yang sudah lama. Saat ditanya kapan dimulainya pasar Doro ini, ia mengaku tak banyak mengerti. “Sejak jaman mbah saya pasar ini sudah ada” ungkapnya dengan logat bicara kental Madura.

Burung dara adalah dagangan utama. Dari yang Ngaret (sepasang), Andokan (aduan), Geta’an (peliharaan) dan Jambul dapat ditemui di sini. Harganya berkisar antara 3000-300.000 rupiah.

Pengunjung pasar ini tak hanya datang dari warga sekitar Yosowilangun saja, namun juga dari desa tetangga. Mulai anak-anak sampai orang dewasa, dari penghobi sampai pengunjung biasa bercampur menjadi satu.

Meneliti setiap bagian tubuh burung merupakan kewajiban bagi mereka yang menginginkan burung dara terbaik. Sebelum berakhirnya pasar, penjual biasanya bersantai, berbicara tentang dagangannya dan mencari burung dara baru untuk dijual hari berikutnya.





























































Read More

Share Tweet Pin It +1

2 Comments

Flickr

Subscribe