In

TRAPPED AT HOME!


Main sama Yitzhak sambil nunggu Ayah pulang dari Semarang (Trapped At Home!)

Mustinya tidak ada yang istimewa dengan hariku kemarin. Ada rencana mau ke pesta pernikahan teman di Blitar, tapi gagal karena kemungkinan pulang malam dan Super Dad ada kerjaan ke Semarang. Kasian Super Boy kalau nggak ada yang jemput di daycare. Well, akhirnya nggak ada rencana apapun selain beraktifitas seperti biasa dan mengerjakan paper untuk seminar bulan depan. 

Super Dad berangkat ke Semarang tengah malam, aku nggak ingat pasti jamnya karena saat itu ngantuk berat. Paginya, rutinitas seperti biasa: bangun, mandi, Sholat Subuh, masak, mandikan Super Boy, nyuapin Super Boy, dan saat kita sudah siap mau berangkat….. DAMN!! Kunci pintu depan yang jadi satu sama kunci pagar dan kunci ruang kerja nggak ada di tempatnya. Ku cari di berbagai sudut rumah nggak ada juga. PANIK. Akhirnya ku telepon Super Dad, kunci rumah punyaku kebawa nggak.. dan ternyata saudara-saudara jawabannya adalah… “Sorry bun, kunci rumah kebawa aku semua”. Seketika mataku panas, pingin nangis. Terperangkap di rumah sendiri?? Oh god, I can’t believe it… than, puk-puk pundak sendiri. *menenangkan diri. 

Dikasih option Super Dad, “gimana kalo gembok pagar digergaji aja, nyuruh orang..”, secara di rumah kita ada pintu samping yang pake engsel, jadi masih tetep bisa keluar rumah. Tapi nggak bisa keluar halaman, karena pagar digembok. Ku tolak option itu, dengan pertimbangan: kalau gembok pagar digergaji berarti masih harus nyari tukangnya dulu, ke kantor pasti terlambat, dan masih bingung beli gembok pager baru. Well, seharian dirumah sama Super Boy sambil nunggu Super Dad pulang dari Semarang. 

Sarapan pagi masih ok lah ya. Tapi begitu agak siang, Super Boy mulai rewel ngajak keluar rumah. Mau lihat Anjing lah, minta beli kue lah… duh, bingungnya… mana internet dirumah juga belum ada (*maklum baru pindahan.. ^_^) jadi kita hanya nonton TV, baca cerita, dan akhirnya berkreasi di dapur. 

Di dapur: stock susu rusak, crackers (Yitzhak bosen), Koko C***** (tinggal sedikit). Setelah Koko habis, yang ada di kulkas hanya pisang. Mau bikin pisang goreng - Super Boy pasti nggak mau karena kurang menarik, mau bikin pudding roti – roti tawar tinggal dua lembar dan susu rusak. Mau browsing resep di internet, jaringannya nggak ada. Ya, this is it.. Survival at home.. hahaha! Akhirnya kita bikin Olie Ballen yang dimodifikasi, dengan adonan dasar pisang yang diblender. Lumayan, bisa menahan Super Boy beli kue keluar dan karena memang nggak bisa keluar rumah. Agak siangan gitu ada penjual Sari**** keliling, tak panggil sambil teriak dan naik pager, yang jual nggak denger. APES.

Well, it’s the day when we’re trapped at home.. I hope none families get the same “tragedy”…

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

Resolusi Super Mom dan Tumpeng ‘Darurat Cinta’ (My 3rd Wedding Anniversary)


Nggak terasa, pernikahanku dengan ‘Super Daddy’ sudah di angka 3 tahun. Menghasilkan seorang ‘Super Boy’ yang super lucu dan super banyol (hehe!). Tepat di tiga tahun pernikahanku ini, aku harus punya resolusi. Ini nih bocorannya: 
  1. Memberi kepercayaan. Kepada super daddy dan super boy, aku harus lebih bisa terbuka, mengkomunikasikan segala hal, dan memiliki manajemen waktu yang baik antara kerja dan di rumah. 
  2. Menjaga sinyal BANGGA pada dua Super Hero di rumah.
  3. Tidak membanding-bangdingkan para Super Hero. 
  4. Berfikir sebelum bicara. 
  5. Multitasking (harus bisa jadi istri, ibu, sahabat, dan manajer untuk para Super Hero). 
  6. Mencari metode belajar sambil bermain yang lebih menyenangkan untuk Super Boy. 
  7. Membiarkan Super Boy berekspresi. NGGAK BOLEH gampang marah kalo dia jatuhin barang, berantakin buku, berantakin mainan (padahal baru diberesin).
Semoga semua itu bisa tercapai, Amin!. Meskipun kelihatannya banyak, tapi antara satu point dengan yang lain saling berkesinambungan kok (semoga, dan harus berusaha bisa!). 

Oya cerita untuk perayaan hari ini ^_^. 

Sejak awal bulan aku berfikir, kalau hari ulang tahun pernikahanku ini nggak boleh terlewat begitu saja. Googling, ngintip facebook teman kiri kanan, sampai survey kue tart sudah ku lakukan. Semua demi hari ini, yang harus spesial. Tapi dari semua upaya yang ku lakukan, kok ya, masih ada yang kurang sreg gitu rasanya. Tiga hari yang lalu, aku berfikir untuk pesan kue saja di tempat langganan. Tapi pas mau belok ke tempat pemesanan kue, aku urungkan. Semua karena super mom ingin sesuatu yang beda dan sedikit sempurna (hahaha, bahasanya!). 

Kemarin lusa sepulang kerja (sambil mikir waktu perjalanan pulang), aku putuskan untuk membuat nasi tumpeng kuning lengkap dengan lauk pauknya. Sebelum sampai rumah, aku mampir dulu ke penjual sayur langganan untuk pesan bahan-bahan membuat nasi kuning dan printilannya

Semalam tepat pukul 00.00, aku bangun dari ‘pulau kapuk’ dan mulai memasak. Dengan cinta, dalam hati aku hanya berdoa semoga semua masakan ini sukses – bisa dimakan/ nggak gagal. Secara aku belum pernah punya pengalaman masak tumpeng dengan kroni-kroninya. Well inilah tahap-tahap perjuanganku membangun nasi tumpeng dalam semalam (halah! ^_^).

Step 1 : membuat tahu bacem (sukses, meskipun agak gosong di panci)
Step 2 : membuat bakwan jagung (sukses)
Step 3 : membuat nasi kuning (terlalu lembek dan kurang gurih. Ya tapi masih bisa dimakan lah ^_^)
Step 4 : membuat kering tempe (sukses besar)
Step 5 : membuat ayam bumbu rujak (pakai bumbu jadi khusus menu ini, ^_^)
Step 6 : membuat mie goreng (bumbunya kurang berasa)
Step 7 : membuat dadar telur (sukses dunk!)
ini nih tampilan tumpengnya...

Sambal bajak dan abon, aku beli jadi. Nggak sanggup jadi ‘Bandung Bondowoso’ tanpa bala tentara, menyelesaikan gunungan tumpeng dalam semalam, hehehe!. 

Setelah semua lauk dan nasi kuning ready, tinggal menata. Oya, aku bikin tumpeng ini dengan cetakan yang dibikin dengan kertas karton karena nggak punya cetakan tumpeng (memanfaatkan apa yang ada alias ngirit, hehe!). Tepat pukul 03.30, tumpeng ‘DARURAT CINTA’ sudah jadi… (bahagia dan puas rasanya). Pukul 03.45, selesai bersihin dapur dan bertepatan dengan murotal yang terdengar sebelum adzan subuh, saya bangunkan super daddy. “Happy Wedding Anniversary…”, ku tuntun dia keluar kamar dan sudah menunggu tumpeng mungil di ruang tamu. “Terimakasih” kata super dady. Kecupan juga mendarat di pipiku – ough, bahagianya. Ya inilah perjuangan Super Mom, untuk peringatan ulang tahun pernikahan yang HARUS spesial. Meski dari segi rasa, mungkin masih jauh berkilo-kilo meter dari enak, tapi aku puas bisa memberikan sesuatu yang ‘berkesan’ untuk yang tercinta. 

“HAPPY ANNIVERSARY 3rd, HUBBY”.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

What do you think about becoming a mother???



Foto diambil dari: http://toysinthedryer.com/falling-into-the-super-mom-trap/

Menjadi ibu itu berarti bukan single lagi (yes, it certainly!). Menjadi ibu berarti memiliki pasangan hidup bernama suami, dan memiliki malaikat kecil bernama anak. Nah dari sini, semua pelajaran sesungguhnya dimulai. Selama kita sekolah, dari TK sampai kuliah pelajaran menjadi ibu tidak pernah ada. Saat kuliah dulu, kita banyak belajar tentang realitas sosial. Bagiku sekarang, inilah realitas sosial yang sebenarnya; saat kita secara alami menjadi manajer rumah tangga yang disebut IBU. Ough, previously unimaginable! Ya, tapi inilah hidup dan realita yang harus di hadapi setiap perempuan. Termasuk aku. 

Menjadi ibu, tanpa bantuan ART (Asisten Rumah Tangga), merupakan hal yang sangat luar biasa bagiku. Keluargaku memang bukan keluarga kaya, tapi saat masih kecil keseharianku diasuh oleh ‘mbak’, meskipun ibuku juga di rumah. Jadi akhirnya aku menganggap kenyataan ini sebagai suatu yang lumrah. Aku selalu berfikir, jika nanti punya keluarga, ya sepaket sama ART yang bisa jaga anak sekaligus bersih-bersih rumah. Tapi ternyata, kenyataan tak seindah harapan (halah!) ^_^. Saat ini, aku menjadi Super Mom (Working Mom, and do all my own homework!). Hebat kan? Setidaknya itu yang selalu ku katakan pada diriku sendiri ^_^. 

Well, pelajaran memang bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja. Aku belajar menjadi istri dan ibu mulai dari NOL!. Semua masukan ya hanya ku peroleh dari suamiku. Dia memprofilkan ibunya, untuk bisa ku ekstrak dengan caraku menjalani profesi baru ini. Perasaan campur aduk, nangis, capek, semua sudah ku lalui, dan hingga saat ini-pun masih sering terjadi ‘drama’ demikian. Hmm… want you to know Super Mom daily activity? This is it!

04.30 – Sholat Subuh
05.00 – Belanja Sayur
05.20 – Masak
06.00 – Mandikan Super Boy
06.30 – Nyuapin Super Boy
07.00 – Beresin dapur, nyiapin bekal ke kantor
07.15 – Mandi
07.30 – Siap-siap ke Kantor
07.40 – Berangkat ke Kantor
That’s my activities every single day, except Sunday (Really Sun-Day!).

Jarak antara rumah ke kantorku hanya sekitar 3km, jadi setiap istirahat siang pukul 12.00 – 13.00 aku pulang untuk breastfeeding. Pulang kantor pukul 15.00, sesampainya di rumah, langsung menyiapkan mandi sore Super Boy, nyuapin (makan sore), dan setelah itu baru giliranku membersihkan diri. Itulah kegiatan keseharian Super Mom. Belum lagi kalau setrikaan numpuk, OMG, rasanya badan ini mo lepas dari tulang. Itulah sebabnya, kenapa pandanganku pada Working mom tanpa ART itu kereeennn abiiisss….!!!. 
 
Once more, ini bukan keluhan. Namun sebatas kebanggaanku sebagai Super Mom, yang menjadi manajer Super Boy dan Super Daddy. Hmm, mengingat pesan Bupuh (Bibi: Bahasa Jawa), saat harus menjalani semua sendiri tanpa ART; harus SABAR, IKHTIAR, dan ATUR JADWAL… Well, currently this is all I can!!. 
Foto diambil dari: http://www.household-management-101.com/laundry-routines.html

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Flickr

Subscribe