In

Ramalan Suku Maya, Media, dan Sabda Samawi


Kalau ditanya tentang ramalan, mungkin saya merupakan satu diantara orang yang tidak mempercayai hal itu. Bukan bermaksud mematahkan anggapan bahwa ramalan suku Maya tentang bencana besar di tahun 2012 salah. Hanya karena alasan simple, saya beragama. Banyak kisruh yang ditimbulkan akibat film 2012 beberapa waktu lalu. Film ini mengisahkan terpenuhinya ramalan akan terjadinya bencana besar pada tanggal 21 Desember 2012, hari saat berakhirnya dunia atau hari kiamat. Film ini seolah-olah merangkaikan bencana-bencana yang banyak terjadi dan kita alami belakangan ini dengan akhir dunia : tsunami, gempa bumi, gunung meletus, pemanasan global, dll.

Suku Maya punya hitungan untuk melihat kapan akan terjadi bencana besar, yang diartikan banyak orang sebagai hari kiamat. Sementara agama (samawi) juga punya perspektif sendiri tentang hal ini. Lain lagi dengan media, yang bertugas sebagai pembentuk opini publik dengan mengangkat tema-tema kiamat dan menghubungkan dengan banyaknya bencana yang terjadi. Dalam kajian inter-cultural dan inter-religi, isu kiamat di media massa menjadi sangat menarik untuk dibahas.

William B. Gudykunst, dalam bukunya Handbook of International and Intercultural Communication (2002:187) punya bahasan menarik tentang Teori yang berfokus pada akomodasi atau adaptasi. Menurut Gudykunst, capaian teori ini berfokus pada bagaimana komunikator (baca: masyarakat) mengakomodasi atau mengadaptasi budaya diluar budaya aslinya. Ada satu teori tentang kajian antar budaya, yang akan kita coba untuk membingkai isu kisruh film 2012, sebelum kita bicarakan juga pada frame antar agama. Teori tersebut adalah teori akomodasi komunikasi yang merupakan gabungan konteks sosiohistoris dan hubungan antar kelompok budaya yang melakukan interaksi. Kalau kita hubungkan dengan melandanya isu ramalan suku Maya, impact media punya andil besar. Bagaimana ramalan suku Maya yang berada di semenanjung Yucatan - Amerika Tengah, berpengaruh besar pada opini masyarakat hampir di seluruh dunia?

Meminjam teori Gudikunts untuk melihat fenomena ini, berarti masyarakat dunia dengan berbagai latar belakang kepercayaan telah melakukan interaksi budaya, meskipun tidak secara langsung. Konteks sosiohistoris yang berbeda, seolah terjembatani dengan adanya media film yang mengusung tema ramalan suku Maya. Banyak masyarakat dunia mempertimbangkan informasi dari film tersebut. Meski kemungkinan besar kepercayaan mereka tidak mengenal adanya hari akhir (kiamat). Pada isu ini, bisa dikatakan bahwa konstruksi media dalam membentuk opini, sampai menyentuh ranah pribadi. Hak asasi manusia salah satunya adalah bebas untuk menentukan kepercayaan. Namun ternyata dampak media, bisa mempengaruhi hal itu.

Otak-atik Sabda Samawi
Pada pembahasan ini sebenarnya saya agak kesulitan mendapatkan literatur tentang agama samawi yang dibawa oleh Daud atau David. Dari beberapa artikel yang saya baca, akhirnya saya menemukan cerita tentang pengakuan seorang tokoh Zionis-Yahudi di Amerika Serikat bernama Rabi Yitzhak Qadduri. Dia sangat yakin jika asteroid besar itu akan menghantam wilayah Amerika Serikat, sebagaimana meteor raksasa yang pernah menghantam kawasan Arizona sehingga sampai saat ini meninggalkan cerukan yang sangat besar di sana, (dhymas.wordpress). Rabi Qadduri bahkan menyerukan agar kaum Yahudi Amerika pindah ke Ethiopia, satu diantara negeri di Afrika yang diyakininya akan selamat dari bencana tersebut.

Selain itu ada beragam tanggapan tentang film, ramalan dan fenomena adanya hari akhir: dari panik, takut, cuek sampai bertanya-tanya : “apakah akhir zaman sudah mendekat?”. Menanggapi situasi kepanikan seperti ini, dikisahkan dalam Injil (Luk 21:5-19) Yesus menjawab pertanyaan para muridnya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya kalau itu akan terjadi?” (Luk 21:7) Yesus justru mengingatkan para murid : “Waspadalah, jangan sampai kamu disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata ‘Akulah Dia’ atau ‘Saatnya sudah dekat’. Janganlah kamu mengikuti mereka.”

Sementara dalam agama samawi lain, mempercayai ramalan merupakan perbuatan syirik atau perbuatan menyekutukan Tuhan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al Ahzab: 63). Agama ini mempercayai adanya hari akhir yang ditandai dengan dahsyatnya bencana di bumi.

Dari ulasan diatas, konstruksi media yang menyebabkan banyak kisruh isu hari akhir di tahun 2012 membuat saya berbelok berfikir untuk kembali melihat kepercayaan. Menurut saya, saat suku Maya percaya dengan ramalannya, maka masyarakat dengan sosiokultur yang berbeda di belahan dunia lain juga memiliki perhitungan sendiri. Bisa dari ramalan atau kepercayaan. Melihat isu ini, saya hanya ingin mengembalikan bahwa setiap peradaban punya sejarah dan media punya kekuatan untuk membentuk opini dan mengkonstruksi. (el)

Related Articles

0 komentar:

Flickr

Subscribe