- · Yitzhak kalau lihat ada orang makan, pasti teriak pingin ngambil makanan itu à Solusi: biar tidak diberi makanan sembarangan, aku harus menyediakan fingerfood sehat buat dia.
- · Saat mulai siang, dia rewel (indikasi lapar, meski tidak selalu) à Solusi: supaya tidak disangka orang lain lapar dan akhirnya dikasih makan sembarangan, mulai sekarang Yitzhak makan tiga kali sehari.
In
BERUSAHA MEMBERIKAN YANG TERBAIK
Posted on Jumat, 16 Agustus 2013
26 Juli 2013 (baru sempat posting juga, hehe!)
Di usia 10 bulan ini, Yitzhak – my li’l scientist – masih
tetap makan tanpa tambahan gula dan garam. Enam bulan pertama dia lulus ASI
eksklusif, selanjutnya MPASI rumahan ku terapkan dengan ketat. Syukurlah dia
juga enjoy.
Hari ketiga di rumah mertua, banyak yang ku bicarakan dengan
ibu mertua. Kesimpulannya, aku sudah harus memberikan nasi tim ke Yitzhak.
Sebelumnya, memang pernah ku buatkan nasi tim. Tapi dia belum bisa nelan, karena belum tahu konsep
mengunyah dan nasi terlalu lengket di mulutnya. Saat ini mungkin memang sudah
saatnya ngasih nasi tim. Masukan bagus pikirku, meski gigi geliginya belum ada
yang nongol satu pun.
Aku bicara jujur ke ibu mertua, kalau nggak bisa bikin nasi
tim. Akhirnya mertuaku yang membuatkan nasi tim. Sebelumnya kita sempat diskusi
soal memberi gula dan garam pada makanan bayi. Aku tetap keukeuh no gulgar
sampai 1 tahun, dengan berbagai macam argumen. Tapi ibu mertuaku tetap ngotot
dan bilang nggak akan kenapa-napa, toh sudah 10 bulan ini. Ya memang gulgar
bukan racun, tapi untuk jangka panjang anakku, that’s a big big NO!.
Nasi tim sudah jadi (made in mertua). Daun bayam, tempe dan
hati ayam kampung sudah ku kukus secara terpisah. Tinggal memberikan menu baru
dan tekstur baru ini ke Yitzhak. Suapan pertama, dia masih ngerasa biasa aja.
Suapan kedua dia mulai ngernyit. Di suapan ke tiga, dia mulai menyembur-nyembur
makanan dan akhirnya menolaknya sama sekali. Aku nggak bisa ngerasain makanan
Yitzhak karena sedang puasa. Dia nggak biasanya nyemburin makanan. Paling pol
kalau sudah kenyang, dia nggak mau buka mulut, dan aku tidak pernah memaksakan
makanan masuk ke mulut mungilnya saat dia sudah seperti itu. Time for luch;
tidak jauh berbeda. Dia betul-betul menolak makanan yang ku beri. Makanan masih sisa banyak sekali, saat
meluncur ke tong sampah. Sanyang banget lihatnya. Kondisi seperti ini,
analisaku hanya pada bayam dan tempe yang baru pertama kali dia rasakan serta
tekstur nasi tim yang kasar. Sebelumnya, Yitzhak makan dengan karbo, sayur dan
protein hewani (daging ayam atau ikan air tawar) yang ku blender bersama.
Setelah sholat dzuhur, kami sekeluarga (mertua, suami, aku
dan Yitzhak) berkumpul di ruang tengah sambil ngobrol dan nonton tv. Tiba-tiba
ibu mertuaku tanya, gimana tadi Yitzhak mau makannya?. Aku mengangguk saja ,
meski sebenarnya dia makan sedikit dengan drama nyembur makanan (lebai ya
bahasanya.. ^_^). Suddenly, ibu mertuaku bilang kalau nasi timnya tadi dicampur
dengan sedikit garam. Biar ada rasanya katanya. Huuaa… kaya disambar petir,
pingin marah!. Tapi berusaha ku tahan dan bilang ‘loh bu kan belum boleh, belum
satu tahun’. ‘Alah,sudah 10 bulan tu sudah gak papa’. Beliau tetap pada
pendiriannya. Aku merasa ada privasi asuh anak yang dicampuri. Saat itu aku
hanya diam, menunjukan protesku ke beliau.
Aku panggil suamiku ke kamar. Aku bicara empat mata soal
konsistensi memberikan makanan yang terbaik untuk Yitzhak. Dia bilang nggak
ngerti soal ibu ngasih garam. Tapi inti persoalannya bukan itu. Aku ingin
suamiku juga tegas dan konsisten soal makanan yang masuk ke mulut Yitzhak. Termasuk
memberikan pengertian ke ibunya soal ini. Setelah bicara panjang lebar akhirnya
dia mengerti. Dengan beberapa catatan jalan keluar.
BERUSAHA MEMBERIKAN YANG TERBAIK
ellen
10.58
ellen
Integer sodales turpis id sapien bibendum, ac tempor quam dignissim. Mauris feugiat lobortis dignissim. Aliquam facilisis, velit sit amet sagittis laoreet, urna risus porta nisi, nec fringilla diam leo quis purus.
Related Articles
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar