In

Yitzhak First Story to The Mosque


25 Juli 2013 (baru bisa posting sekarang...)

Hari ke dua di rumah mertua, hari ke 17 Ramadhan, dan hari pertama Yitzhak – my li’l warrior – pergi ke masjid untuk ikut sholat berjamaah. Sebenarnaya tujuan awalnya untuk memperkenalkan dia dengan lingkungan masjid. Supaya nanti waktu sholat IED, Yitzhak nggak canggung dengan suasana masjid. Sekarang usianya sudah 10 bulan. Waktu usia 6 bulan pernah ku ajak ke masjid untuk jamaah sholat Maghrib, sayang tanggapannya mengejutkan. Yitzhak takut dengan para jamaah perempuan yang memakai mukena. Setelah melihat sekeliling, Yitzhak nangis histeris ketakutan. Walhasil, sholatku nggak khusu’ (mungkin jamaah lain juga ngerasa gitu ya..^_^). Ayahnya yang denger jerit tangis anaknya dari shof jamaah laki-laki, ikut gak enak sama jamaah lain plus nggak khusyu juga. Setelah kejadian itu ku putuskan sementara untuk nunggu agak besar dulu baru diajak ke masjid. Tibalah sholat tarawih di bulan Ramadhan di rumah mertuaku, menjadi kali kedua Yitzhak menginjakan kaki.. ehm, maaf mungkin lebih tepat dengan merangkakkan kaki di masjid.
tampilan Yitzhak pulang tarawih pakai peci ayah
Second times to mosque, geliatnya tidak jauh berbeda. Emak dan bapaknya hampir menyerah begitu sampai masjid. Yup! Didepan pintu masjid dia sudah mewek. OMG! Untung ibu mertuaku saat itu menguatkan, ‘ayo diajak masuk, kita cari tempat di shof belakang biar tidak mengganggu jamaah lain kalau Yitzhak nangis’. Aku mengangguk dan berusaha bertahan.

Rakaat pertama sholat isya’, dia nangis sekencang-kencangnya. Di rakaat ke dua, dia ku gendong sambil sholat. Itu juga nangisnya masih kenceng, belum berkurang dari empat oktaf (sabar…). Rakaat ke tiga dan ke empat tinggal ngeringik aja. Baru setelah salam, aku nenenin dia. Dengan semua mata ibu-ibu jamaah tertuju padaku. Mungkin mikirnya, nih orang siapa sih gak pengertian bener anak masih kecil diajak ke masjid pake acara nangis kenceng banget lagi. Duh, aku hanya tersenyum pada setiap mata yang memandang, dan meluruskan  niat kalau tujuanku membawa Yitzhak saat itu adalah untuk mengenalkan dia dengan agama dan tuhannya. Tapi yang pasti, untuk prepare sholat IED nanti.

Mertuaku yang sholat tepat disebelahku menawarkan, mau pulang dulu? Tapi aku menolak, kali ini aku sendiri yang memutuskan bertahan. Sebab saat tiba sholat tarawih, Yitzhak dapet teman. Dia merasa comfort dengan teman barunya. Tiga anak kecil yang godain dia dari balik jendela (kebetulan kita sholatnya tepat disamping jendela). Ketiga anak ini ajak Yitzhak main ci luk baa. Mungkin karena dia juga pas seneng-senengnya main ci luk baa, Yitzhak ketawa sampai teriak-teriak histeris saking senangnya. Hatiku mulai ketar-ketir. Nih anak kalau nggak nangis histeris, ketawanya kenceng banget. Setengah permainan sholat tarawih, dia bosan. Mainannya dilempar, teman baru sudah gak mempan menghibur. Ronde ke dua dia nangis kenceng lagi. Aku gendong dia dan pindah ke shof paling belakang, yang banyak anak kecilnya. Harapanku dia bisa main dengan anak-anak lain, dan aku lanjut sholat tarawih. Tapi trik itu juga nggak berhasil. Akhirnya, aku bawa dia ke teras masjid. Duduk sambil menghibur dia yang nangis sesenggukan sampai sholat tarawih usai.

I just pray that you will understand what I do for you, it could be best for your future Insyaallah… Amien!  

Related Articles

0 komentar:

Flickr

Subscribe